Sumber  Foto : Facebook Abisibah 



Sukses dan berprestasi. Hampir semua orang menginginkan dua kata itu menjadi bahasa dari hasil usahanya dalam berbagai hal. Termasuk dalam proses belajar. Tidak sedikit orang yang terasuki rasa tinggi hati. Tapi tidak dengan Abi. Sekalipun pernah diejek dan sering menerima justifikasi tidak akan sukses sebab anak desa dan dari kalangan tidak berpunya, dia tetap optimis. 


Tidak semua orang desa mampu menepis celotehan 'orang desa tidak akan jadi apa-apa, apalagi orang tidak berpunya' dari luar dirinya saat hendak menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sehingga pikiran untuk mengembangkan potensinya terpenjara dengan pembicaraan yang justru mengurung rasa optimisnya. Dalam hitungan 1000 orang, hanya 1 yang bisa menepis celotehan yang kadang menyembur dari  mereka para kaum psismistis bahkan sebab iri dan dengki. 


Abi Sibah nama lengkapnya. Di umurnya yang masih muda ini sudah memiliki prestasi yang gemilang. Baik di tingkat regional, nasional, bahkan internasional di bidang pencak silat spesifikasi Atlet. Pria yang akrab disapa Abi ini lahir dari keluarga yang tidak berpunya. Lebih tepatnya, dari keluarga -petani- yang sederhana dalam menjalani roda kehidupan. Dia ditakdirkan hadir di bumi yang luas ini pada kalender 20 Juni 1997 tepat di Desa Sumber Waru, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan. Abi lahir sebagai putra keempat dari pasangan Abd.Rahman dan Naimah.


Riwayat pendidikannya bermula di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pakong 7, Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model Sumber Bungur Pakong, Madrasah Aliyah (MA) Sumber Bungur Pakong. Lulus dari MA Sumber Bungur, dia melanjutkan ke  perguruan tinggi bergengsi di Indonesia, Universitas Negeri Malang pada konsentrasi Pendidikan Olahraga dengan jalur beasiswa, Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) pada tahun 2015 silam.


Dia mengaku, diraihnya berbagai prestasi di berbagai ajang tidak lepas dari didikan orangtua, guru-gurunya di Sumber Bungur dan pelatih-pelatih di  Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Abi membeberkan, dia memutuskan bergabung pada latihan PSHT tahun 2009. Saat itu, Abi masih semester 2 Kelas 7 MTs. “Saya gabung PSHT waktu semester 2 kelas tujuh MTs.Saya memilih PSHT karena perguruan ini latihannya yang disiplin dan memotivasi. Setelah disahkan sebagai warga PSHT menambah banyak saudara terutama diluar Madura. Harapan saya waktu sekolah dulu ingin berkarir diluar Madura. Alhamdulillah, sekarang harapan itu sudah tercapai,” cerita Abi singkat, Minggu (17/11/2019).


Ihwal prestasi khususnya di Bidang Atlet, Abi sudah banyak menorehkan namanya di berbagai ajang. Catatan prestasinya antara lain; Juara 1 pada Kejuaraan Internasional Pencak Silat UNS 2016 Kelas E Putra, juara 2 Kejuaraan Nasional Pencak Silat Raja Brawijaya 2018 Kelas E putra, juara 1 Kejuaraan Internasional Pencak silat UNS 2018 Kelas E Putra, juara 2 Pekan Olahraga Mahasiswa Se Jawa Timur 2017 Kelas E Putra, juara 1 Kejuaraan Nasional Pencak Silat UNEJ CUP 2016 Kelas E Putra, juara 1 Kejuaraan KONI CUP Pamekasan Kelas E Putra, juara 1 Kejuaraan PORKAB Pamekasan Kelas E Putra, juara 1 Kejuaraan KEJURKAB Pamekasan Kelas E Putra, juara 1 Kejuaraan UM CUP II 2016 Kelas E putra, dan juara 3 ajang Perprov Jawa Tengah 2018.


Bagi Abi, anak desa tidak boleh diolok-olok apalagi diremehkan dan  dikucilkan. Jika ada yang berkata, bahwa anak desa tidak akan berprestasi, itu salah dan harus dilawan.  Cara melawannya adalah dengan membuktikan bahwa anak desa juga bisa berpestasi. “Anak desa mempunyai kemampuan fisik lebih kuat, akal lebih cerdas, dan nekat untuk maju. Faktor ekonomi bukan menjadi halangan awal menuju kesuksesan seseorang, karena sekarang pemerintah lebih mengangkat anak berprestasi untuk melanjutkan pendidikan dan masa depan yang lebih baik. Salah satu contoh, asean games kemarin para atlet mendapat bonus 1.5 M dan diangkat jadi  PNS. Itu kan bukti bahwa preatsi mampu mengubah nasib,” tutur Abi.


Berbeda lagi dengan mahasiswa berprestasi di dunia kampus.  Kata Abi, jika kampus menemukan mahasiswa berprestsi, maka pihak kampus tidak tangung-tangung mensupportnya. Hal itu akan dibuktikan dengan beasiswa dan uang pembinaan kepada mahasiswa berprestasi. “Saya merasakan sendiri betapa enaknya menjadi atlet selama kuliah di kampus UM dengan modal latihan, sering membawa nama baik kampus baik ajang provinsi, nasional bahkan internasional beberapa bulan lalu. Menjadi kebanggan tersendiri untuk saya dan keluarga. Ini kan  salah satu bukti anak desa yang bisa maju dan bisa membuktikan bisa berprestasi dan bersaing dengan,” ungkap Abi optimis.


Meskipun prestasinya memenuhi rak kebahagiaanya, rupanya Abi mengharamkan dirinya hidupnya seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Pria berpostur sedang itu berharap, prestasnya bisa menjadii motivasi bagi adik-adiknya atau siswa di almamaternya. Terutama di MTsN dan MA Sumber Bungur.  Abi mengaku, lembaga pendidikan Sumber Bungur menjadi catatan dan testabilo warna kenangan tersendiri dalam perjalanan prestasinya yang diraih sejauh ini. Pasalnya, Sumber Bungur melalui gurunya terus memberikan motivasi yang luar biasa kendatipun dia sudah lulus secara formal. Namun sampai kapanpun, kata Abi, pihaknya akan tetap melekatkan status murid dalam dirinya jika mendengar sebutan Sumber Bungur. 


Bukan hanya Sumber Bungur yang direkam baik oleh Abi. PSHT, sebagai wadah untuk mengasah potensi pencak silatnya juga tersimpan rapi dalam memori kenangan belajarnya. Ia berharap, PSHT semakin jaya dan mendidik  anak muda dari kota sampai ke pelosok desa. Karena kamampuan beladiri seseorang tidak terpengaruhi dari aspek ekonomi dan geografis, akan tetapi   kemauan dan ketersediaan wadah semacam komunitas atau organisasi yang memang di dalamnya diisi oleh orang-orang yang kompeten.  "Saya berpikir dan ini harapan besar, PSHT terus mencetak atlet di negeri kita terutama anak yang tinggal di pedesaan agar lebih maju dan berprestasi.


Tidak hanya pada adik-adiknya, Abi juga berpesan kepada Sumber Bungur agar teruslah mencetak siswi-siswi berprestasi untuk membantu masa depan adik-adiknya terutama anak desa seperti dirinya. Karena era sekarang, kata Abi, kampus-kampus dan beberapa lowongan pekerjaan lebih memprioritaskan peserta didik yang memang mempunyai banyak prestasi di sekolah asalnya. Karena prestasi itu dijadikan salah satu acuan penilaian bahwa peserta didik yang giat, disiplin dan mampu bersaing dimasa yang akan datang.


Pertengahan tahun ini, Abi mendapatkan Sertifikasi Pelatih Pencak Silat Jawa Timur sebagai pelatih profesional, Mendapatkan Lisensi Pelatih Olahraga Nasional, dikukuhkan sebagai Pelatih Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Pamekasan , dan dikukuhkan sebagai pelatih olahraga oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada bagian Lisensi Pelatih Olahraga Nasional. 

Tidak hanya  bersyukur karena banyak berprestasi, Abi juga bersyukur karena mendapat kesempatan untuk melanjutkan Pendidikan Magister di kampus yang sama pada konsentrasi yang sama. "Alhamdulillah, saya juga menempuh pendidikan S2 di Malang juga," ujarnya dengan menyunggingkan senyum.


Tidak hanya lembaran piagam penghargaan dan prestasi yang ada dalam album hidup Abi. Catatan aktivitas di berbagai organisasi juga tak kalah apik.  Pengalaman organisasinya Abi meniti sejak di MA Sumber Bungur. Saat itu, dia  menjadi pengurus Organisasi Intra Sekolah (OSIS) MA Sumber Bungur  sebagai Kordinator Olahraga 2012/1013. Di kampusnya,  menjabat sebagai Kordinator Prestasi di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PSHT UM 2016 sampai 2017.