Suasana  kampus  Universitas  Islam Madura  tidak  ramai  seperti biasanya.  Hanya  ada  petugas  akademik, petugas  keamanan , dan beberapa  mahasiswa di beranda kantor akademik dan halaman kampus. Saya parker kendaraan bermotor di parker yang tersedia. Ponsel berbunyi  ada panggilan di Whatsapp. Nama kontak tertulis  'Bu Endang' muncul.  Bergegas saya angkat. Sejurus kemudian,  suara perempuan itu memberikan isyarat menyilakan  saya masuk ke ruang  kerjanya. Kami janji bertemu untuk wawancara terkait  perjuangannya  menjaga  mangrove  Madura  bersama  Kelompok  Peduli  Mangrove Madura (KPMM).


Endang  Tri Wahyurini adalah  perempuan yang  memiliki kepedulian  pada lingkungan, khususnya Hutan  Mangrove di Madura.  Karena  prihatin  dengan  kondisi mangrove  sepanjang  pesisir Madura (Sampang-Pamekasan) 2011 silam banyak yang rusak.  Perempuan kelahiran Tulungaguang, 12 Juli  1976  ini  berinisiatif untuk merawat Mangrove dengan  harapan  kondisi  Mangrove membaik. 


"Jadi waktu itu,  2011  ingat saya,  Mangrove  Madura kayak  di Sampang  Camplong,  Tanjung  terus sampai  Tlanakan  Pamekasan banyak  rusak,  kerdil  dan sebagainya.  Saya berpikir waktu  itu,  wah,  ini perlu  diperhatikan.  Tapi  masa warga  atau siapa  lah tidak  ada yang  peduli  ini. Mangrove kalau dilihat, menghambat obak yang bisa mengahantam daratan," ceritanya saat ditemui  di ruang  kerjanya di Gedung  Fakultas Pertanian, Universitas  Islam  Madura.  


Endang sendiri, katanya,  waktu itu bingung harus  bercerita  kepada  siapa soal  mangrove  yang  begitu  memprihatinkan. Dari kebingunagnnya, itu, di tahun  itu juga,  sesampai  di rumah  menceritakan kegelisahannya soal mangrove  kepada  suaminya. Sang suami pun  merespon  dengan  baik. merespon dengan baik.  Karena suaminya  juga sedang konsentrasi di bidang keilmuan perikanan yang  kerja di Dinas Perikanan Sumenep. Beberapa hari dari  dialog bersama  suaminya, Endang  direkomendasikan untuk  bertemu dengan  Slaman. Pria  yang  sejak  lama (1986-saampai sekarang) merawat Mangrove  di pesisir Desa Lembung, Galis, Pamekasan. 



"Nanti, ketemu  pak Slaman  Lembung. Diskusikan soal  ini.  Insyallah beliau  paham  soal  Mangrove.  Karena  sudah  lama bergiat  di bidang  ini," Endang  mengulang  ucapan  suaminya  beberapa  tahun  lalu.  


Tidak  lama setelah  mendapat  dukungan dari   suaminya, Endang menemui  Slaman  di kediamannya.  Dia bercerita,  Slaman  pun  mengajak  Endang  untuk  mengikuti kegiatan  pembibitan dan pananaman  di kawasan  hutan  Mangrove  Lembung yang  dirawat  sejak 1986  silam.  


“KPMM  sendiri  terbentuk  atas dasar  kesadaran kepedulian akan  Mangrove  di Madura.  KPMM  Terbentuk  2017. Gagasan didirikannya KPMM hasil dari diskusi Endang bersama beberapa pengurus organization for industrial and cultural advancenment (OISCA) Madura (Pak Sumaryanto, Moh. Bakrie dan Arifandi), Pegawai kesatuan pengelolaan hutan (KPH) Madura (pak Toni), dan P. Slaman. Dan akhirnya disepakati membentuk KPMM,” bebernya.


Kata Endang, rumusan kegiatan KPMM  dirancang pada 12 Maret 2018, dengan niat dan tekad membentuk organisasi independent yang bergerak di bidang mangrove. Namun  untuk deklarasinya  KPMM sendiri dilakukan  2018 akhir di Pantai  Talang  Siring. Sekaligus  mendirikan  kantor  di Area Pantai  yang secara  geografis masuk  desa Montok, Kecamatan  Larangan. 



Memiliki  basis keilmuan bidang  perikanan, menjadikan  Endang  sering  menjalankan aktivitas  bahkan  penelitian di laut.  "Karena  sering  ke tambak, ke laut  dan lihat  Mangrove, bagi saya  punya  multi fungsi.  Jadi di situ  saya semakin  yakin  akan misi  saya untuk  terlibat  dalam  pelestarian Mangrove. Saya pun bertekad untuk  harus  belajar lebih  dalam  soal Mangrove. Sebab ternyata  Mangrove itu unik  tapi tak banyak yang  peduli," lanjut Dosen Agrobisnis Perikanan UIM  Pamekasan  ini. 


Bagi  Endang,  Mangrove  adalah  ekosistem laut yang  memiliki  fungsi sebagai  garda terdepan  menjaga  laut.   Terbukti  dengan  banyak  penelitian, katanya,  di mana hutan  Mangrove  masih  terjaga,  maka ekosistem laut  di situ pasti  lebih  baik daripada yang  tidak  ada  atau tidak terjaga Mangrovenya. 



KPMM sendiri  sudah  melakukan  kegiatan lingkungan khususnya setiap  tahun. Seperti  membersihkan sampah  di laut  yang  dikemas  dengan Word Clean Up Day Indonesia (WCDI) Pamekasan pada 21 September 2019.  Sering  juga melakukan   penanaman dengan berkolaborasi bersama komunitas dan beberapa instansi. 


Bicara  Mangrove, kata Endang,   sebenarnya masalahnya hanya  dua. Internal  dan eksternal.  Dari  internal,  katanya, bisa saja bibit  yang  ditanam  belum  cukup  umur  atau sudah  rusak.  "Jadi Tidak  maksimal  tumbuhnya  karena  faktor internal  kualitas. Belum  tua atau  masih  muda. Sedangkan secara  eksternal disebabkan karena hama yang  menyerang,  cuaca yang  tidak  normal, dan juga  ulah  manusia itu sendiri semisal  dicabut atau dilibas  perahu  nelayan.” Ujarnya kepada Mongabay, Selasa (18/8/2020).


Menurutnya,  tak hanya  di Pamekasan Mangrove  yang  mengalami  kerusakan.  Di kabupaten  yang  lain  juga sama.  Makanya  saat dia pamit  ke suami,  mendapat dukungan asal bisa dan mampu mengkomunikasikan  dengan  pihak terkait  atau sekelompok  orang,  bahkan  individu untuk  membicarakan  itu.  


"Awalnya terbentuk  8 orang.  Tapi  saya tambahkan  satu orang dari perwakilan kabupaten.  Dari  pelaku atau orang yang  peduli Mangrove.  Sampang  agak sulit  waktu  itu.  Karena  belum  ada kelompok.  Tapi sebelum  mengajaknya, saya sampaikan  misi  saya.  Dan saya ajak  untuk  bersatu. Syukur  alhamdulillah,  mereka mau,"  ujarnya.  


2018 awal sebelum  deklarasi KPMM, Endang  menuturkan, sempat silaturrahmi ke kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Sat itu dia menemui Wahyu Widya Laksana Nugroho.  Dia sampaikan misinya.   saat itu juga.  Dia sempat diragukan karena tidak  punya  darah madura dan mau memberikan perhatian dan bergerak untuk merawat Mangrove  di Madura. 


"Bu, sampean Asli  Tulungagung. Memang berani untuk  hal ini. Madura  lho, " tirunya kepada  Mongabay.


Mendengar itu,  tuturnya,  Endang  langsung  sampaikan niat tekad optimisnya  karena dia merasa tidak  sendiri.  Sebab suami danbeberapa kenalannya  sudah siap mendukung. Katanya, karena kalau masyarakat kurang peduli terhadap mangrove , dia khawatir akan nasib  pesisir Madura ke depan.


Pada 2018 akhir,  dia pun mengumpulkan beberapa orang di Talang  Siring. Mereka adalah  orang-orang yang  sudah  diajak  komunikasi sebelumnya. Dalam Deklarasi  itu,  dia menggunakan  uang  pribadi  tanpa bantuan dari  pemerintah.  Pihak  Dinas Lingkungan Hidup (DLH)  Pamekasan, Amin Jabir,  juga dihadirkan. Sedang  untuk pembina KPPM langsung dari Dinas Provinsi yaitu DLH dan Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim. DLH Pamekasan sendiri diminta untuk bersedia sebagai mitra kerjasama dan pendukung dalam gerakan yang dilakukan KPMM.



"Sampai  sekarang.  Dinas terkait di Pamekasan, Sampang, Sumenep dan Bangkalan  memberikan support kami. Alhamdulillah masih semua itu  masih berkomitmen bersama KPMM.  Ini pengabdian  saya yang juga sesuai  keilmuan  saya. Respon  pemerintah  mendukung  keberadaan KPMM. Ya, termasuk dinas yang saya maksud itu," katanya.  


Pada  september  2019,  KPMM pun melaksanakan kegiatan  bersih-bersih pantai tepatnya di Pesisir Tlanakan, Pamekasan  dalam rangka Hari Bersih Lingkungan se Dunia atau World Cleanup Day. Kegiatan itu banyak dihadiri oleh  berbagai pihak; komunitas dan sejumlah warga yang memiliki kepedulian pada ligkungan  serta dari pemerintah (Dinas Terkait).  Pihaknya  pun mendatangkan dari Dinas KKP provinsi. Pada kegiatan  itu, meski sedikit dan hitungannya hanya ratusan, KPMM  melakukan penanaman Mangrove. Sebab dalam kegiatan itu,  katanya,  yang  diutamakan adalah  bersih-bersih pantai.



"Pengorbanan tetap  ada.   Dan harus dilakukan. baik waktu,  tenaga bahkan  finansial. Tak ada perjuangan  tanpa  pengorbanan. Saya jalankan  atas dasar  suara  hati.  Demi  lingkungan. Semoga tidak sia-sia dan masyarakat bias sadar bahwa menjaga lingkungan itu sangat penting,"   


Sejatinya,  ujar  Endang, waktu melakukan  praktik  magang di Situbondo ketika  di sela-sela menyelesaikan program studi  sarjananya beberapa tahun silam, dia sudah  berpikir  soal  Mangrove  ini. Saat itu dia melihat  Mangrove  di daerah  Situbondo banyak yang  tidak terawat.  Bahkan  nyaris  tidak  dirawat.  Namun  waktu itu  dia  belum  bisa mengimplementasikan keprihatinannya karena  sibuk studi.  



"Perdalam  keilmuan terus  saya jadikan  komitmen. Soal  bagi  waktu,  sudah  tentu    sebagai   ibu  rumah  tangga harus  tahu  tempat.  Ngajar tetap dijalankan. KPMM  juga  harus  jalan.  Harus  ekstra  atur  waktu, " ujar akademisi yang sedang studi lanjut untuk program doktoral di Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan mengambil riset  Pembangunan Ekonomi pesisir melalui Mangrove di Madura ini.


Saat ini,  tuturnya, KPMM  belum  memiliki akta  notaris  sebab masih  proses. Meski demikian, KPMM sudah dikenal dan sudah  bergabung  di komunitas Mangrove  nasional.  "Ini yang  perlu saya tegaskan, menjaga  lingkungan itu penting.  Manusia  butuh  lingkungan.  Mangrove  adalah  investasi jangka  panjang. Kalau  Mangrove  terjaga.  InsyaAllah  kita  terjaga. Bersama  KPMM mari  bersama  untuk  jaga  lingkungan khususnya laut," katanya .



Sumaryanto, Koordinator OISCA Madura, yang diajak kerjasama oleh Endang dalam perintisan KPMM  sekaligus terlibat dalam melakukan perawatan mangrove di Madura menyatakan,perjuangan yang dilakukan Endang dalam memberikan perhatian lebih terhadap mangrove patut diapresiasi dan didukung.


 “Alhamdulillah, perjuangan Bu Endang sangat gigih dan terus bersemangat, saya yg termasuk salah satu penggagas  terbentuk nya KPMM sangat bangga atas usaha Bu Endang yang terus gencar meloby temen-temen pecinta lingkungan, khususnya di bidang mangrove. Semoga KPMM terus maju dan eksis di lingkungan,” terangnya kepada Mongabay, Sabtu (22/8/2020) via WhatsApp.



Secara struktural tim OISCA Madura, katanya, sudah masuk di pengurus KPMM semua. Tetapi OISCA punya program sendiri yang disponsori oleh Tokyo Marine Nichido dalam rehabilitasi hutan mangrove di Madura, khususnya di Pamekasan,  yaitu menanam 5 ha ± setiap tahunnya. Mulai dari Lembung sampai Branta Tinggi. 


“Sebelum KPMM lahir, Bu Endang sebenarnya juga sudah aktif  mengikuti berbagai kegiatan OISCA Madura.Semoga Bu Endang bersama KPMMnya terus memberikan yang terbaik unuk lingkungan,” katanya. 


Keterangan foto utama : Endang TW, di acara 17 Agustusan, bersama warga, sekaligus tanam mangrove. Foto: dokumen Endang TW


Kondisi mangrove di pesisir Madura. Foto: Gafur Abdullah/ Mongabay Indonesia


Endang T Wahyurini, miris dan prihatin melihat hutan mangrove di Madura, seperti di Sampang dan Pamekasan, banyak rusak. Foto: dokumen Endang T


#cerita  ini pernah  dimuat  di https://www.mongabay.co.id/2020/09/01/aksi-endang-wahyurini-selamatkan-mangrove-madura/