Dok: Gafur Abdullah |
Oleh: Gafur Abdullah
Embun menetes bersama angin kepedihan
Isyarat kepergian insan pilihan
Ragang memanggilnya Kiai Subaidi
Insan yang bersinar dengan cahaya tafsirnya
Sinau cahayanya menembus hingga Kalimantan
Kiai Subaidi,
Kepergiannya menyanyat hati berhari-hari
Pertanyaan lahir dari rahim sepi
"Mengapa kau begitu cepat menyatu dengan bumi?"
Sejenak langit bersuara “Catatan itu sudah kering. Ikhlaskan, biarkan ia damai di alam sana”
Suara itu menyadarkan diri, tak ada yang abadi
Kini, hanya Nurul Islam rumah berteduh kaum sarungan dan khalifah Ragang
Pamekasan, 2015.
*Puisi ini ditulis di hari kepergian KH. Subaidi Muntaha (alm) 2015 silam.
#Gafur Abdullah
0 Komentar