Januari 2018 tersisa 3 hari. Tepat di tanggal 28 Januari 2018, aku menjadi saksi dalam merawat tradisi/adat.  Tradisi menjadi kebanggaan tersendiri. Kebanggaan itu terus bersemi dalam hati. Kau tahu kenapa? Karena ini karya anak negeri. Leluhur putra -putri negeri ini.
Ya, orang menyebutnya  tradisi Pelet Kandung. Tradisi ini dilakukan ketika kehamilan seorang wanita - khususnya Madura - mencapai tujuh bulan.
Nama dari upacara adat Madura beragam: ada yang menyebutnya Pelet kandung, Pelet Betteng, dan salamtàn pettong bulânan. Sekalipun ada perbedaan penyebutan nama, inti dan tujuan  dari upacara adat ini tetap sama. Upacara ini akan digelar pada hamil pertama. Ya, walaupun hamil yang kedua digelar, tidak semriah seperti yang hamil pertama pelaksanaanya.  
Dalam pelaksanaanya pun ada perbedaan. Jangankan beda kabupaten, beda desa akan berbeda. Ada benda atau alat yang dipakai dalam prosesi upacara adat  ini. Semisal kain putih, ayam jantan, kelapa gading yang Masih muda, tempurung kelapa  gading, dan masih banyak lainnya.
Nah, entah sejak kapan dimulai, yang jelas, upacara ini juga diisi doa dab pembacaan al-Quran  umumnya surat yusuf dan maryam.  Pembacaan dua surat al-Quran tersebut juga memiliki makna atau dijadikan simbol.
Surat yusuf  dibaca dengan harapan, kalau anaknya laki-laki menjadi tanpan.  Alasannya, nabi yusuf adalah manusia tertampan setelah Rasullah Muhammad. Sedangkan untuk pembacaan surat Maryam, diharapkan menjadi cantik seperti siti Maryam.
Tak hanya itu, jika anaknya nanti lahir dengan jenis kelamin laki-laki, diharapkan soleh seperti nabi  Yusuf.  Demikan pula jika lahir perempuan kelak. Diharapkan solehah seperti siti Maryam.

Nilai yang terkandung dalam upacara adat  pelet kandung.
Ketelitian # bisa ditemukan dalam proses dari persiapan, pelaksanaan  hingga selelesai.
Religius # terdapat pada proses pembacaan sholawat dan Al-Quran. yang dipimpin seorang ustadz atau kiai.
Gotong royong # terdapat pada kekompakan tetangga dalam membantu persiapan  dan  pelaksanaan
Silaturahmi terjaga# terdapat pada berkumpulnya tetangga dalam doa bersama.
Menghargai adat tradisi # terdapat pada pelaksanaannya

Namun, upacara adat ini tidak semua orang melakukannya. Entah apa alasan mereka.  Tapi yang jelas, melaksanakan upacara ini tak lain sebagai bentuk penghargaan pada budaya warisan leluhur Madura. Maka di sini saya sebutkan, Tradisi bertahan, beroda tetap kepada Tuhan.

Semoga  Allah memberikan kelancaran dalam persalinan dan bisa merawatnya sampai dewasa.  Semoga menjadi amanah yang dapat dijaga.

Bangkes, 29 Januari 2018.