Man Malikun: Gulâ Anyaksèaki Ajunan Orèng Bhâghus Tor Sabbhâr. Samoghâ Tèra' Kobhur Tor Allah Anempataki Ajunan È Soarghâ. Sumber Foto: Dokumen Keluarga. 


"Innalillahi wainnailaihi ilaihi roji'un, ampon Sobung Omor, Ustadz / Kiai Abdul Malik. Semoga husnul khotimah dan keluarganya diberikan ketabahan." Narasi duka itu bermunculan di grup-grup Whatsapp keluarga dan pemuda di kampung halaman, saat Sèngko' buka ponsel pagi buta dua hari lalu.  


Sèngko' coba telusuri kebenaran informasi meninggalnya Kiai Abdul Malik tersebut. 


"Yâ, Nom, wafat malemma sekitar antara  kol 11-12 an." Begitu kabar dari salah satu cucunya via WhatsApp.  Beliau meninggal sekitar pukul 23 lewat beberapa menit waktu setempat, Kamis 4 Mei 2023.


Kabar duka ini hanya bisa membuat Sèngko'  menangis dan mendoakan dari jauh. Mengingat Sèngko' berada di luar Madura. Allahumma Firlahu Wa'afihi Wa'fuanhu. 


***


Beberapa hari sebelum lebaran tahun ini, Sèngko' memang mendengar kabar beliau sudah sakit parah. Medis mencatatkan beliau terjangkit penyakit stroke dan tinggi darah. Karena Sèngko' kebetulan berlebaran di kampung halaman, menyempatkan diri untuk membesuk beliau. 


Sehari sebelum lebaran, Sèngko' tiba di kediamannya. Betapa sedihnya, Sèngko' melihat beliau sudah terbaring lemas. Wajahnya pucat. Matanya melihat Sèngko' dengan tulus. Air matanya jatuh perlahan. Bibirnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun Sèngko' benar-benar sedih, sebab tak ada satupun kata yang jelas dari suaranya yang lirih. 


"Sampèan sè Ngajhâri Gulâ Abhâjâng." Kalimat itu keluar sendiri dari mulut Sèngko'. 


Kalimat itu bukan tanpa dasar. Sebab Man Malikun (panggilan emosionalku kepada Kiai Abdul Malik.), selain paman dari jalur Embu', beliau adalah guru Sèngko' di madrasah. Sedari kecil, Sèngko' lebih nyaman dengan memanggilnya paman. Masih lengket  di dinding ingatan, beliau yang mengajarkan Sèngko' tata shalat melalui bimbingan keagamaan saat mata  pelajaran fiqih. 


Tak hanya itu, beliau juga mengajarkan bagaimana berakhlak yang baik melalui kitab Akhlaqul Banin karya Syaikh Umar bin Ahmad Baradja. Beliau juga yang mengenal-pahamkan  Sèngko' pada kitab Ta'limul Muta'allim Tariq Al-Ta'allum karya Syaikh  Azzarnuji.


Sèngko' meraih tangannya dan nyabis lengkap dengan menciumnya keningnya. Lama sekali beliau memegang tangan Sèngko'. Beliau menatapku dengan tulus. Selaput matanya berair. 


Malam hari  setelah lebaran, Sèngko' membesuknya lagi sehabis isya'. Beliau sudah dipindahkan ke langghâr. Tempat yang beliau bangun untuk membersamai murid-muridnya mengeja Alif Ba Ta Tsa sampai bisa tadarusan ayat-ayat Allah, malam itu menjadi saksi bisu detik-detik akhir hidupnya. 


Sèngko' meyakini, Man Malikun merupakan salah satu diantara sekian Ghuru Tolang (julukan untuk guru yang mengajarkan huruf hijaiyah sampai bisa baca quran, di Madura) bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, Dusun Masaran. Teman-teman Sèngko' seperti Hasan, Wafa, Shomad, Mashudi, Hasbullah, Busyiri, Nadira, Bay, dan pemuda lainnya di lembah dusun masaran InsyaAllah mengamini akan hal ini. 


Dulu, sewaktu usia anak-anak, Sèngko' ingat betul, di mana lantunan ayat-ayat Allah terdengar setiap usai waktu subuh sampai sekitar pukul 7 pagi dari toa yang ada di langghâr Man Malikun. Mereka mengeja ayat-ayat Allah secara bergantian. Dan yang mengajarkannya adalah Man Malikun. Semoga ilmu mengaji yang beliau ajarkan menjadi amal jariahnya. 


Sèngko' percaya itu. Sebab keyakinan Sèngko', sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad, ilmu pengetahuan yang diajarkan - bermanfaat, adalah salah satu dari tiga amalan seorang muslim yang tidak akan pernah putus meskipun sudah wafat. Yakni setelah sedekah dan do'a anak untuk orangtuanya. 


Melalui tulisan ini, Sèngko'  berikrar, bahwa beliau dermawan. Bukti bahwa beliau dermawan adalah nyaris hampir setiap hari Jum'at beliau memberi Sèngko'  uang jajan. 


Ceritanya, statusnya Sèngko' ini dulu sebagai anak yatim, karena Eppa'  meninggal di waktu sebelum Sèngko'  akil baligh. Sewaktu Sèngko' masih  usia anak-anak, Man Malikun Jum'atan di Masjid Al-Muttaqin, lokasinya dekat rumah. Selain karena beliau sering jadi khatib dan imam shalat Jum'at di masjid ini, waktu itu belum ada masjid di sekitar tempat tinggalnya. 


Dulu, masjid ini menjadi tempat shalat Jum'at oleh warga Desa Bajur bagian timur, warga Desa Montorna bagian barat, Warga Dusun Masaran dan Dusun Bates Desa Ragang. Tapi sekarang hanya warga Dusun Bates saja yang shalat jum'at masjid ini. Pasalnya, warga Desa  Montorna dan Bajur bagian timur sekarang sudah membangun masjid sendiri. Mengingat lokasinya agak jauh untuk shalat jum'at di masjid Al-Muttaqin. Begitupun dengan warga Dusun Masaran. 


"Cong, Pur. Ya' kanna'. Ya' kabelli jhâjhân otabâ kasango sakola." Tangannya meraih uang dari sakunya. Beliau memberikan lengkap dengan senyum sembari mengelus ubun-ubun Sèngko'. 


"Kalangkong, Man." Sèngko' menerimanya dengan girang. Dulu, Sèngko' hanya menilai itu pemberian semata.


Lucunya, uang sering habis dalam sekejap. Namanya waktu itu Sèngko' masih anak-anak, uang di tangan habis untuk dua hal.  Kalau nggak jajan cemilan, ya jajan mainan. Tapi setelah dewasa dan mengerti ajaran agama, saya sadar ternyata pemberian uang yang nyaris  setiap Jum'at  oleh Man Malikun kepada Sèngko' adalah bentuk pengamalan Surat Al Maun: Kewajiban Menyantuni Anak Yatim. 


Sèngko'  yakin, kedermawanan-dalam hal ini nyaris setiap hari Jum'at memberi Sèngko'  uang - itu, mungkin beliau juga lakukan kepada anak-anak yatim yang lain.


Waktu Sèngko' remaja sampai dewasa, beliau sudah tidak lagi jum'atan di Masjid Al-Muttaqin. Sebab sudah ada Masjid Nurul Jadid di Dusun Masaran. Beliau juga punya jadwal jadi khatib dan menjadi imam shalat di sana. 


Sèngko' juga mendengar-menyaksikan  beliau rajin shalat berjamaah di masjid tersebut setiap 5 waktunya. Selain itu, beliau juga sering membaca quran dan mengkhatamkannya. 


Mungkin,  yang Sèngko'  tuliskan disini, hanya sebagian kecil di antara banyak kebaikan -baik kasat tidak kasat- yang beliau lakukan. 


Hari ini dan seterusnya, Sèngko' hanya bisa mengenang kebaikannya. Semoga beliau ditempatkan di tempat terbaik oleh Allah. 


Allahumma Firlahu, Wa'afihi Wa'fuanhu. Amin. 


Mohon kepada siapapun yang membaca tulisan ini, mohon dengan ikhlas, untuk  mendoakan- membacakan Al-fatihah untuk beliau. 


Tulisan ini sebagai catatan dari saya Dul Ghâpur, sekaligus kesaksian tertulis akan kebaikan beliau. Kepada pembaca, mohon disaksikan juga, bahwa Man Malikun adalah orang baik. Terima kasih bagi yang sudah berkenan. 


Sèngko' percaya, manusia yang setelah kematiannya disaksikan baik, InsyaAllah juga disaksikan baik oleh penduduk langit. 



Jember, Sabtu 6 Mei 2023.